Sory bro.... posting kali ini, gw ambil dari blog teman gw... berat dikit ya bro, tp gw rasa bro hebat- hebat...
berikut ini kutipannya dengan judul ‘Emas itu Kuno’
Dalam beberapa kali interaksi dengan rekan-rekan yang ingin belajar atau ingin memperdalam pengetahuannya tentang emas, fakta, tabiat dan cara investasinya, saya bilang bahwa “Workshop seperti ini, yang intinya menyampaikan pesan untuk mempertahankan kesejahteraan keluarga dan bangsa dengan kembali ke emas, hanya perlu untuk orang kota yang ‘modern’.”
Saya lalu ambil contoh kisah seorang rekan yang saat lebaran lalu pulang kampung, bercerita dengan bangga kepada ibunya bahwa ‘orang kota’ pada ‘nyadar’ dan mulai investasi ke emas. Ibunya hanya tertawa karena baginya, ‘orang kota’ ketinggalan banget. Secara tradisi, saudara-saudara kita yang tinggal diluar kota-kota besar telah menyimpan emas mulai dari nenek-moyang mereka. Yang mereka tahu, emas itu alat simpan yang fitrah. Mereka tak tahu ilmunya, tak ikuti group seperti MUyS di Facebook, maupun ikut kuliah twitter tentang emas.
Pada event terakhir kemarin saya malah dapatkan informasi dari rekan bahwa di Sulawesi, biarpun berbentuk perhiasan (bukan emas batangan LM dan Dinar), suku Bugis sangat kuat tradisi ‘simpan kekayaan dalam emas’nya. Bahkan anak-anak, sering terlihat menggunakan perhiasan emas cukup banyak di badannya, baik dia lelaki maupun perempuan. Seorang rekan lagi bercerita, pada haji tahun 2001, dimana suasana traumatis akibat krismon 1997 – 1998 belum benar-benar hilang, para jamaah haji dari Sulawesi itu terlihat tidak terlihat baru saja menghadapi bencana ekonomi. Banyak orang ketika itu harus cari berbagai cara untuk menutupi kekurangan ONH-nya saja (tahun 1997 biaya haji 8 jutaan, tahun depannya naik menjadi 21 jutaan), sementara ‘para penyimpan emas’ dari Sulawesi itu bilang “Leluhur kami pun sudah berangkat haji dengan emas. Tak ada yang berbeda”.
Pesan dari tulisan ini sebetulnya satu : emas adalah symbol kesejahteraan yang motifnya sangat mendasar. Emas adalah motif kekayaan yang kuno. Nabi Sulaiman menghiasi istananya dari emas, sebagai lambang keindahan dan keagungan. Kerajaan Romawi pun telah menggunakan emas sebagai alat tukar dalam bentuk koin. Sesuatu yang kemudian diadopsi Islam, selama ribuan tahun sebelum runtuhnya kekhalifahan Utsmani. Kerajaan-kerajaan di nusantara pun demikian, mengenali emas sebagai symbol wibawa, penyimpan harta yang agung, di kerajaan Majapahit & Sriwajya misalnya.
Bahkan ketika system uang kertas diterapkan, uang kertas itu masih harus dicetak dengan backup emas, sebelum diporakporandakan Amerika sendiri pada tahun 1971 oleh Nixon dengan Smithsonian Agreement-nya. Jadilah uang kertas adalah uang yang mengambang, suka-suka, sehingga mudah sekali spekulan mempengaruhinya.
Emas adalah harta langka yang hakiki. Itu sebabnya kemudian Islam menjadikannya sebagai alat tukar, penyimpan harta dan penakar nilai dalam bentuk Dinar sebagai mata uang.
Dalam situasi ekonomi yang makin tak menentu sekarang (beberapa ahli berpendapat 2012 akan jadi kiamat ekonomi, dan beberapa yang lain mengatakannya dengan ‘lebih ringan’ yakni akan terjadi the greatest depression – lebih buruk dibanding yang terjadi pada tahun 1930), makin perlu kita mencari alternatif tata kelola ekonomi dunia yang lebih fitrah.
Gejala-gejala pahit itu mulai sering kita lihat saat ini. Pelemahan ekonomi negara terjadi hampir serentak. Perang mata uang antara gajah-gajah ekonomi dunia, pelanduk – negara-negara berkembang dan tertinggal – bisa mati di tengah-tengah. Angka pengangguran dan hutang yang membelit negara-negara besar.
Demam emas di tengah masyarakat, terutama masyarakat kota seperti yang saya urai di awal tadi, yang juga ditandai makin tingginya harga emas dengan sangat cepat dalam waktu singkat, sekitar 1 bulan terakhir, menunjukkan dengan jelas mana asset fitrah sebagai tempat bersandar. Seluruh investor besar di dunia berlari ke emas – The Safe Haven, memunculkan demand yang sangat besar. Sementara supply emas sudah Allah atur sedemikian rupa sehingga tetap langka.
Sebagai individu, apa yang perlu kita lakukan adalah menyelamatkan harta dan asset keuangan dari hantaman krisis dengan menyimpan dalam asset yang hakiki, yaitu emas. Di masa ‘transisi’ ini, menyimpan Dinar menjadi pilihan terbaik. Secara intrinsik kandungan Dinar adalah emas – sehingga berfungsi sebagai investasi dan proteksi nilai harta, sekaligus langkah bersiap-siaga untuk menjadikannya sebagai alat tukar. Insya Allah.
gimana bro berat ngak??
ngak lah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar